Salah satu kritik yang ditujukan pada karya-karya tafsir terdahulu adalah bahwa kitab-kitab itu menjadi semacam ajang unjuk kemampuan penulisnya dalam disiplin ilmu yang menjadi kepakarannya. Dengan demikian, kitab-kitab itu terkesan rumit dan dipenuhi istilah-istilah teknis yang belum tentu dibutuhkan oleh khalayak umum. Yang sangat dibutuhkan masyarakat adalah pemahaman al-Qur'an sebagai sebuah kitab hidayah yang membimbing mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. karena itu, tafsir haruslah berorientasi hida'iy dan seyogyanya disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat muslim terhadap al-Qur'an, Kemenag telah menyusn dua buku, yakni al-Qur'an dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (jilid 1) dan al-Qur'an dan tafsirnya (Jilid 2).
Kendati keduanya satu kesatuan, perbandingan antara keduanya sangat kontras. Buku yang pertama terkesan sangat ringkas dan dipaksakan sebagai terjemah, sedangkan buku kedua terkesan terlalu luas dan jauh dari jangkauan kantong masyarakat luas. Melihat kenyataan itu, Kemenag kemudian memandang perlu untuk menyusun buku tafsir yang menengahi keduanya.
Buku tafsir ringkas al-Qur'an al-Karim jilid 2 ini, bentuk uraiannya sedikit lebih luas daripada al-Qur'an dan terjemahnya tetapi tidak seluas al-Qur'an dan tafsirnya. Dengan upaya ini diharapkan pesan-pesan al-Qur'an dapat lebih menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Tafsir ringkas al-Qur'an al-Karim jilid 2 ini diawali Juz 16 Surat al-Kahfi sampai Juz 30 Surat an-Nas.