Abstrak Informatif :
Sebenarnya fungsi sosial agama adalah memberi konstribusi untuk mewujudkan dan mengekalkan suatu orde sosial. Karenanya, secara sosiologis tampak ada korelasi positif antara agama dan integrasi masyarakat; agama merupakan elemen perekat dalam realitas masyarakat yang pluralistik.
Konstribusi agama dalam memecahkan problem sosial tidaklah ringan. Agama, melalui para agamawan dengan tuntutan kitab suci, harus mampu memberi jalan keluar yang realistis terhadap problem-problem dalam masyarakat plural. Karena, memang demikianlah tujuan kehadiran para Nabi dengan kitab suci dan ajarannya masing-masing.
Berpijak pada realitas konfleksitas umat yang begitu kuat, maka sudah saatnya kita berkewajiban mengembalikan pesan otentik agama sebagai wakyu yang kultural. Hal ini dilakukan agar agama dapat diimplementasikan di dalam dunia yang selalu berubah. Sebab, seringkali agama dimanipulasi untuk mengukuhkan eksistensinya dengan masa lalu tanpa merespons secara kreatif dengan dunia modern. Padahal, agama tidak mengikuti makna kontektualnya akan kehilangan eksistensi dirinya yang akomodatif terhadap perubahan. Bukankah, agenda agama-agama sejak awal diwahyukan adalah berdialog dengan problem sosial umat manusia? Karena itulah, mendialogkan agama dengan problem-problem sosial adalah suatu keniscayaan, karena agama tidak lahir dari ruang hampa.
Buku ini dalam pembahasannya terdiri dari 9 bagian pembahasan yang terdiri dari bagian 1 prolog; bagian 2 dialektika agama dan politik; bagian 3 diskursus keagamaan dan kemanusiaan; bagian 4 Islam, kekerasan dan problem pluralisme, bagian 5 reformasi dan problem kenegaraan; bagian 6 aura demokrasi di tengah hegemoni global; bagian 7 pembangunan demi kesejahteraan; bagian 8 berjihad melawan korupsi; dan terakhir pembahasan pada bagian 9 epilog.
Kata Kunci : Demokrasi, Pluralisme Agama, Good Governance.