Detail Cantuman
Advanced Search
Text
Kalender Masehi
Salah satu fenomena abad ke-21 ini adalah sikap masyarakat menyambut malam pergantian tahun dalam kalender Masehi dengan beragam cara. Malam pergantian tahun dalam kalender matahari atau syamsiah, diidentikkan dengan acara pesta pora.
Andaikan reformasi tahun 1582 M tidak dilakukanPaus Gregorius XIII, maka perayaan tahun baru 2014 akan berlangsung 13 hari lebih cepat. Reformasi kalender tersebut memindahkan keramaian perayaan tahun baru 13 hari lebih lambat dari kalender yang digagas Julius Caesar pada 46 SM.
Selain itu, tata letak awal bulan dalam setahun bukan dimulai Maret maka suasana pergantian tahun 1 Januari 2014 sebagian penduduk dunia di belahan bumi utara dalam suasana hangat atau panas (siang yang panjang atau malam yang pendek). Bagi negeri yang mengalami siang panjang tak sempat lama untuk membakar kembang api. Di kawasan dekat ekuator, seperti Indonesia, praktis fenomena langit mirip dengan tahun sebelumnya dan suasana musim hujan mewarnai pergantian tahun 2014.
Julius Caesar 46 SM meletakkan fondasi kalender Masehi dengan cara memutus kalender dengan sistem luni-solar (bulan-matahari) dan menggantikan dengan sistem solar (matahari) atau kalender surya/syamsiyah. Kemudian, direformasi tahun 1582 oleh Paus Gregorius XIII dengan cara memotong 10 hari pada tahun 1582 (4 Oktober 1582 keesokan hari 15 Oktober 1582) dan menambah aturan baru tentang pengurangan tahun kabisat. Tahun kabisat yang habis dibagi 100 dan tidak habis dibagi 400 menjadi tahun basit.
Reformasi kalender ini tidak menghapus ketidaktepatan matahari ke arah titik Aries pada 21 Maret, tapi memperlambat. Kalau sebelum reformasi matahari 78 hari/10 ribu tahun lebih cepat ke titik Aries dengan aturan baru kalender Masehi matahari 3 hari/ 10 ribu tahun lebih cepat ke titik Aries. Selain itu, perdebatan penetapan garis batas pergantian penanggalan surya berakhir pada abad ke-19, Oktober 1884 di Washington, Amerika, yang menetapkan meridian Greenwich sebagai meridian nol dan bola bumi terbagi dua bujur barat dan bujur timur.
Kebudayaan kalender matahari Masehi mengambil alih peran, menyeret manusia ke dalam arus globalisasi, ritme kerja dan ritme awal tahun memang sudah pasti, tidak memerlukan fenomena astronomis yang eksak sama menjadi kebersamaan manusia sejagad.
Kegandrungan manusia akan pergantian tahun kalender Masehi, suasana pergantian tahun menjadi kemeriahan sesaat, dijadikan momen untuk meluapkan perasaan suka cita, berpesta pora, melupakan persoalan-persoalan hidup merupakan letupan-letupan dalam pergelaran waktu alam semesta. Pergantian tahun tersebut dapat juga diberi makna sebagai momen untuk refleksi dan evaluasi diri dalam menjalani kehidupan tahun depan. Manfaatkan momen tersebut untuk evaluasi diri dalam menjalani kehidupan tahun depan.
Ketersediaan
Tidak ada salinan data
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
-
|
Penerbit | Pustaka Republika : Jakarta., 2014 |
Deskripsi Fisik |
Hal. 6
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
-
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
Jumat, 3 Januari 2014
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain