Detail Cantuman
Advanced Search
CD-ROM
DAKWAH MULTIKULTURAL DALAM PERSPEKTIF ABDURRAHMAN WAHID
Landasan pemikiran yang menjadi latar belakang adanya penelitian ini adalah mencoba mengekplorasi kembali pemikiran tentang wacana pribumisasi Islam yang popular di era 1980-an sehingga begitu banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam hal ini penulis mencoba mengaitkan bagaimana gagasan tersebut jika dilihat pada konteks Dakwah Multikultural Dalam Perspektif Abdurrahman Wahid.
Adapun bahasan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana gagasan pribumisasi Islam ala Gus Dur dalam konteks dakwah multikultural, serta implikasi gagasan tersebut terhadap dakwah multikultural.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji masalah mendasar sebagai berikut: Untuk mengetahui gagasan pribumisasi Islam ala Gus Dur dalam konteks dakwah multikultural dan untuk mengetahui implikasinya terhadap dakwah multikultural. Objek dalam penelitian ini adalah ide-ide atau pikiran Abdurrahman Wahid yang tertuang dalam buku Islamku, Islam Anda dan Islam Kita, Agama Masyarakat Negara demokrasi.
Penelitian ini menggunakan metode hermeneutik kritis. Dengan menggunakan hermeneutik kritis, peneliti berkeyakinan bahwa teks pemikiran Abdurrahman Wahid yang kerap disapa Gus Dur dapat ditelaah secara objektif sehingga dapat menemukan makna-makna di balik pemikiran beliau. Dalam perspektif filsafat, hermeneutik merupakan salah satu metode interpretasi teks yang menerapkan paradigma kritis. Hermeneutik adalah sistem tafsir untuk mengungkap makna ” tersembunyi” di balik teks. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara penelusuran literatur, dimulai dengan mengumpulkan karya-karya Abdurrahman Wahid pribadi sebagai data primer, dilanjutkan dengan pengumpulan tulisan orang lain tentang Abdurrahman Wahid sebagai data sekunder, baru kemudian diperkuat dengan buku-buku lain yang menunjang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Gagasan pribumisasi Islam dilontarkan oleh Abdurrahman Wahid di era 1980-an bukanlah hal yang baru dan gagasan ini sebenarnya meneruskan tongkat estapet dari corak gerakan dakwah kultural yang dilakukan oleh para wali songo, di mana mereka telah melakukan usaha adopsi budaya lokal secara selektif sehingga ajaran Islam dapat diterima tanpa kehilangan esensi di satu sisi, sementara budaya lokal dapat berjalan sebagaimana adanya. Wali songo juga dapat memasukan nilai-nilai dakwah Islam dalam budaya lokal kemudian menjadikannya sebagai sarana untuk berdakwah. Implikasi pribumisasi Islam dakwah multikulrural Gus Dur terlihat misal, Gus Dur sangat menghormati perbedaan, dengan semangat itu agama Konghuchu ditetapkan sebagai agama resmi yang ke-enam di Indonesia, meskipun pada awalnya terjadi pro dan kontra dengan pendapat beliau namun pada akhirnya umat Islam dapat merasakan dampak dakwah kultural yang dimainkan oleh Gus Dur dan dibalik langkahnya tersebut Gus Dur memiliki pemikiran yang sangat besar bagi umat Islam. Atas tindakan tersebut, Gus Dur dapat mengayomi warga Khonghuchu yang berada di Indonesia. Termasuk negeri Cina yang mayoritas penduduknya beragama Komunis, yang semula warga muslim di Cina merasa kesulitan dalam melaksanakan ibadahnya, mulai dari sholat jum’at, puasa ramadhan, mengaji, haji, dan lain-lain. Semua susah dilakukan oleh warga muslim di Cina, tetapi semenjak kebebasan beragama di Indonesia ditegakkan dengan di bebaskannya umat Khonghucu beribadah, negara Cina pun ikut menerapkan kebebasan beragama. Dan sejak saat itulah, mulai banyak umat Islam Cina yang dapat dengan bebas menunaikan ibadah sesuai keyakinannya.
Ketersediaan
35/KPI/13 | Perpustakaan IAIN Palangka Raya | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
35/KPI/13
|
Penerbit | STAIN Palangka Raya : ., 2013 |
Deskripsi Fisik |
-
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
R 2x7.2
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
Dedi Irawan
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain